Tehnik sampling adalah
merupakan tehnik pengambilan sampel. Untuk menetukan sampel dalam penelitian, terdapat
berbagai tehnik sampling yang digunakan. Secara skematis, macam – macam tehnik
sampling diunjukkan pada gambar berikut:
Dari
gambar tersebut terlihat bahwa, tehnik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling, dan non
probability sampling. Probability
sampling meliputi simple random,
proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random
sampling, area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Non probality sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kauta,
sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Probability sampling adalah tehnik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (
anggota ) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
a. Sample Random Sampling
Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap
homogen. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian,
memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dan sebagainya. Menurut Suharsimi Arikunto, “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang
dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar maka dapat diambil diantara
10 – 15 % atau 20-25 % atau lebih.”(Arikunto, 2017)
b. Profortionate stratified random
sampling
Tehnik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota yang tidak homogeny dan berstrata secara
profosional. Suatu organisai yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi
pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus
= 45,
= 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 300, SD =
400. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
c. Disproportionate Stratified Random
Sampling
Tehnik ini digunakan untuk menentukan
jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang proporsional. Misalnyaa
pegawai dari unit kerja mempunyai ; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90
orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat
orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua kelompok ini
terlalu kecil bial dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
d. Cluster Sampling
Tehnik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,
misal penduduk dari suatu negara , propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan
penduduk mana yang kan dijadikan sumber data, maka pengambilab sampel dilakukan
secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil
(kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru dipilih sampel secara
acak.
Misalnya
di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi,
maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan
secara random. tetapi perlu diingat, karena propinsi – propinsi di Indonesia
itu berstrata ( tidak sama) maka pengabilan sampelnya perlu menggunakan Stratified
random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang
tidak, ada yang mempunyai hutan yang banyak ada yang tidak,ada yang kaya bahan
tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehinggga
pengambilan sampel menurut strata popu;asi itu dapat ditetapkan.
Tehnik
sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang – orang yang
ada pada daerah itu secara sampling juga.
2. Non probability sampling
Non probability sampling adalah
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/ kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tehnik sample ini
meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball.
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah tehnik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota popualsi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
naggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau
keliptan dari bilangan tertent, misalnya kelipatan dari bilangan 5 untukini
maka yang diambil sampel adalah nomor 1, 5 , 10, 15, 20 dan seterusnya.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah tehnik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai cirri – ciri tertentu sampai
jumlah ( kuota ) yang diinginkan. Seabagai contoh akan melakukan penelitan
tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan ijin
mendirikan bangunan ( IMB ). Jumlah sampel ytang ditentukan 500 orang. Kalau
pengumpulan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian
dipandang belum selesai.
Bila
pengunpulan data dilakukan secara berkelompokyang terdiri atas 5 orang
pengumpul dat, maka setiap anggota kelompok harus dapat mencari data dari 500
anggota sampel.
c. Sampling Incidental
Sampling incidental adalah tehnik
penetuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan/
incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah tehnik
penentuan sampel dengan penentuan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kualitas maakan, maka yang menjadi sampel adalah orang yang ahli maakan,
atau penelitian tentang kondisi politik maka sampel sumber datanya adalah orang
yang ahli politik. Sampel ini cocok untuk penelitian kualitatif atau penelitian
yang tidak melakukan generalisi.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah tehnik penetuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bial jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang. Atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil.Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball sampling
Snowball sampling adalah tehnik
penentuan sampel yang mula – mula jumlahmya kecil, kemudian membesar. Ibarat
bola salju yang menggelinding yang lama – lama menjadi besar. Dalam penetuan
sampel, pertama – tama yang dipilh satu atau
dua orang, tatapi karena dengan dua orang ini belum terasa lengkap dengan
data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dianggap lebih tahu
dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya, begitu
seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian
kualitatif banyak mengguanakan purposive
dan snowball. Misalnya akan melakukan penelitian siapa propokator permusuhan
jarringan teroris.
Jumlah
anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi
itu sendiri. Jadi bila jumlah anggota populasi 1000 dan hsil penelitian itu
akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah
sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin
besar jumlah sampel yang mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, makin besar kesalahan generalisasi ( diberlakukan umum).
Berapa
jumlah sampel yang plaing tepat digunakan dalam penelitian? Jawabannya
tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat
ketelitian/ kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber data,
waktu dan tenaga yang tersedia. makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin
kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat
kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan
sabagai sumber data.
Berikut
ini diberikan tabel penetuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang
dikembangkan dari isacc dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%.
Rumus ini unt menghitung ukuran sampel dari populsi yang tidak diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut.
Dimana
Berdasarkan rumus tersebut dapat
dihitung dengan jumlah sampel dari populasi mulai dari 10 sampai dengan
10.000.000. Dari tabel tersebut dapat dilihat makin besar taraf kesalahan maka
akan semakin kecil ukuran sampel . Sebagai contoh : untuk populasi 1000, untuk
taraf kesalahan 1%, jumlah sampelnya 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah
sampelnya 258, dan untuk taraf klesalah 10% jumlah sampelnya 213. Dari tabel
juga terlihat bahwa bila jumlah populasi tak hingga maka jumlah anggota
sampelnya untuk kesalah 1% = 664,5% =349, dan 10% = 272.Dan untuk populasi 10
jumlah sampelnya 9,56, tetapi dibulatkan sehingga jumlah sampelnya 10.
Cara
menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan atas
asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal,
misalnya populasi homogen maka cara – cara tersebut tidak dipakai lagi. Misalnya
populasinya benda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah
sampelnya 1% saja sudaah bisa mewakili.
Sebenarnya, terdapat berbagai macam untuk menghitung
ukuran sampel misalnya dari Cochran, Cohen dan lain – lain. Bila keduanya digunakan
untuk menetukan ukuran sampel, terdapat perbedaan jumlahnya. Lalu yang dipakai
yang mana? sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sampel yang plaing
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). PROSEDUR
PENELITIAN suatu pendekatan praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Sugiyono. (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta, cet. ke17.
No comments:
Post a Comment