Tuesday, August 14, 2018

TEHNIK SAMPLING


Tehnik sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel. Untuk menetukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai tehnik sampling yang digunakan. Secara skematis, macam – macam tehnik sampling diunjukkan pada gambar berikut:



            Dari gambar tersebut terlihat bahwa, tehnik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling, dan non probability sampling. Probability sampling meliputi simple random, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Non probality sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kauta, sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Probability sampling adalah tehnik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur ( anggota ) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

a. Sample Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana)  karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dan sebagainya. Menurut Suharsimi Arikunto, “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar maka dapat diambil diantara 10 – 15 % atau 20-25 % atau lebih.”(Arikunto, 2017)                                                     


b. Profortionate stratified random sampling

Tehnik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogeny dan berstrata secara profosional. Suatu  organisai yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus = 45,  = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 300, SD = 400. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Tehnik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang proporsional. Misalnyaa pegawai dari unit kerja mempunyai ; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel, karena dua kelompok ini terlalu kecil bial dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling

Tehnik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara , propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang kan dijadikan sumber data, maka pengambilab sampel dilakukan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru dipilih sampel secara acak.
           Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu  dilakukan secara random. tetapi perlu diingat, karena propinsi – propinsi di Indonesia itu berstrata ( tidak sama) maka pengabilan sampelnya perlu menggunakan Stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan yang banyak ada yang tidak,ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehinggga pengambilan sampel menurut strata popu;asi itu dapat ditetapkan.
           Tehnik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang – orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

2. Non probability sampling

Non probability sampling adalah pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tehnik sample ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball.

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah tehnik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota popualsi yang telah diberi nomor urut. Misalnya, anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua naggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau keliptan dari bilangan tertent, misalnya kelipatan dari bilangan 5 untukini maka yang diambil sampel adalah nomor 1, 5 , 10, 15, 20 dan seterusnya.

b. Sampling kuota

Sampling kuota adalah tehnik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai cirri – ciri tertentu sampai jumlah ( kuota ) yang diinginkan. Seabagai contoh akan melakukan penelitan tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan ijin mendirikan bangunan ( IMB ). Jumlah sampel ytang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum memenuhi kuota 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai.
           Bila pengunpulan data dilakukan secara berkelompokyang terdiri atas 5 orang pengumpul dat, maka setiap anggota kelompok harus dapat mencari data dari 500 anggota sampel.

c. Sampling Incidental

Sampling incidental adalah tehnik penetuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan/ incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah tehnik penentuan sampel dengan penentuan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas maakan, maka yang menjadi sampel adalah orang yang ahli maakan, atau penelitian tentang kondisi politik maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini cocok untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisi.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah tehnik penetuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bial jumlah populasi relatif  kecil, kurang dari 30 orang. Atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball sampling

Snowball sampling adalah tehnik penentuan sampel yang mula – mula jumlahmya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama – lama menjadi besar. Dalam penetuan sampel, pertama – tama yang dipilh satu atau  dua orang, tatapi karena dengan dua orang ini belum terasa lengkap dengan data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dianggap lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya, begitu seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian kualitatif  banyak mengguanakan purposive dan snowball. Misalnya akan melakukan penelitian siapa propokator permusuhan jarringan teroris.
           Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah anggota populasi 1000 dan hsil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel yang mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, makin besar kesalahan generalisasi ( diberlakukan umum).
           Berapa jumlah sampel yang plaing tepat digunakan dalam penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/ kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber data, waktu dan tenaga yang tersedia. makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sabagai sumber data.
          Berikut ini diberikan tabel penetuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari isacc dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Rumus ini unt menghitung ukuran sampel dari populsi yang tidak diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut.
 
Dimana
 dengan dk =1, taraf kesalahan bisa 1%. 5%, 10%.
 d = 0,05;     s = jumlah sampel.
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung dengan jumlah sampel dari populasi mulai dari 10 sampai dengan 10.000.000. Dari tabel tersebut dapat dilihat makin besar taraf kesalahan maka akan semakin kecil ukuran sampel . Sebagai contoh : untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1%, jumlah sampelnya 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah sampelnya 258, dan untuk taraf klesalah 10% jumlah sampelnya 213. Dari tabel juga terlihat bahwa bila jumlah populasi tak hingga maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalah 1% = 664,5% =349, dan 10% = 272.Dan untuk populasi 10 jumlah sampelnya 9,56, tetapi dibulatkan sehingga jumlah sampelnya 10.
           Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara – cara tersebut tidak dipakai lagi. Misalnya populasinya benda, katakan logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampelnya 1% saja sudaah bisa mewakili.
           Sebenarnya,  terdapat berbagai macam untuk menghitung ukuran sampel misalnya dari Cochran, Cohen dan lain – lain. Bila keduanya digunakan untuk menetukan ukuran sampel, terdapat perbedaan jumlahnya. Lalu yang dipakai yang mana? sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sampel yang plaing besar.




DAFTAR PUSTAKA

            Arikunto, S. (2006). PROSEDUR PENELITIAN suatu pendekatan praktik. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Sugiyono. (2010). Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta, cet. ke17.

No comments:

Post a Comment

Pengujian nomalitas data menggunakan Chi Kuadrat (𝛘𝟐) ala Sugiyono

download  Pengujian normalitas data menggunakan chi kuadrat ala Sugiyono.pdf